Baskara Mahendra dan Perjalanannya Mengarungi Dunia Akting
Baskara Mahendra adalah orang yang santai dan menyenangkan baik di dalam maupun di balik layar. Karir laki-laki berusia 25 tahun ini adalah yang mungkin Anda bilang sesuatu yang tidak disangka. Lulus kuliah dengan gelar manajemen dan mimpi menjadi wirausahawan, rentetan kejadian dalam hidup membuatnya menjadi seorang aktor.
Di dalam resumenya yang singkat namun isinya beragam, Baskara membuktikan kalau ada banyak hal tentang dirinya dari pada hanya sekadar wajahnya. Kami pun sungguh menantikan apa pun yang akan dia kerjakan selanjutnya. Faktanya, dia sedang mengerjakan film selanjutnya yang masih dirahasiakan. Kami duduk dengan Baskara dan mengobrol tentang permulaannya menapaki dunia akting yang liar.
Bagaimana Anda memulai sebagai seorang aktor?
Saya punya sebuah pekerjaan beberapa tahun yang lalu. Dalam jangka waktu itu, ada beberapa tawaran film, tapi saya tidak begitu greget dengan hal tersebut. Lalu suatu hari, saya ikut pemilihan Abang None DKI Jakarta’karena seorang teman, yang sangat membantu saya dalam merasa nyaman di berada di depan audiens. Tidak lama setelah itu, saya resign untuk traveling. Jadi saya traveling selama sebulan di daerah Nusa Tenggara Timur. Saya menghabiskan uang untuk traveling, dan saat itu saya pikir berakting adalah ide yang bagus karena dulu sempat ditawarkan. Bisa dibilang ini adalah ketidaksengajaan, yang menyenangkan.
Jadi awalnya Anda tidak terpikir untuk menjadi aktor?
Iya, saya pikir menjadi aktor hanyalah mimpi semua orang. Maksudnya, siapa sih yang tidak ingin tampil di TV? Tapi saya tidak pernah bermaksud mengejarnya secara serius. Saya lebih condong ke musik saat itu, jadi menjadi musisi terdengar lebih masuk akal. Tapi setelah paham apa artinya menjadi seorang aktor, bagaimana industrinya bekerja, betapa menyenangkannya di sini, saya benar-benar menikmati menjadi aktor dan merasa beruntung terjun ke dalamnya.
Keren! Ceritakan tentang film debut Anda yang berjudul Lima?
Pertama-tama, saya sangat menyukai cerita dalam film sampai akan melakukannya walau tanpa dibayar. Cerita Lima sangatlah berani, film ini berbicara tentang filosofi yang mendasari negara kita, Pancasila. Karakter saya, Adi, adalah sesuatu yang menantang untuk saya. Dia tidak banyak berbicara sehingga saya perlu mencontoh perilaku saya sendiri untuk memainkannya.
Apa yang sering disalah pahami orang tentang apa yang Anda lakukan?
Semuanya tentang memiliki wajah yang tampan. Sejujurnya itulah yang menyebabkan saya awalnya ragu untuk menjadi aktor. Saya tidak ingin hanya dilihat dari wajah saja. Ada hati dan dedikasi dalam menjadi aktor. Sepertinya itu juga alasan saya sangat ingin memainkan karakter yang menantang. Saya sangat suka membaca, jadi saya ingin memainkan karakter sastra yang sudah dikenal luas karena akan ada harapan awal yang dimiliki orang-orang terhadapnya, itu menakutkan dan mengasyikan dalam waktu bersamaan.
Sekarang Anda sudah berada di industri hiburan, bagaimana cara Anda mengatasi sorotan?
Anggap saja saya memiliki sekelompok teman yang tetap membuat saya rendah hati. Hahaha. Jadi Saya tidak pernah benar-benar memikirkannya.
Pertanyaan terakhir, siapa yang menjadi inspirasi Anda?
Klasik, ibu saya. Dia tidak pernah khawatir akan tujuan yang saya pilih dalam hidup. Entah menjadi wirausahawan, aktor, atau apapun, dia selalu mendukung.